Udara
pagi berhembus menyesapi relung hati, teriring menerpa wajah yang masuk melalui
pintu kamar B3 yang kubuka pagi ini. Ayam berkokok bersahutan menandakan
dimulainya aktivitas pagi hari yang biasa dijalani.
“Hmmmm....
sejuknya...” gumamku. Konon katanya kalau ada suara ayam berkokok itu
menandakan adanya malaikat yang berkeliling di sekitarnya, sebab ayam hanya
bisa mendeteksi sinar Ultraviolet (UV), dan malaikat adalah makhluk ghaib yang
tercipta dari cahaya (UV). Wallahua’lam.
Senyuman lebar
terukur ketika kubayangkan anugerah dan nikmatMu yang kini kuresapi. “Uhuk..Uhuk”,
aku terbatuk. Betapa indah kesehatan jika telah mulai berkurang, karena
kehujanan beberapa kali dalam perjalanan, daya tahan tubuh berkurang, psikologi
yang sedikit tertekan, akhirnya flu menyerang. “Alhamdulillah”, semoga Allah
mendengar pujian tulusku untukNya, disaksikan para malaikat yang ada di
sekitarku. Sampaikanlah semua rasa ini.
Kukitari
seluruh pintu kamar, “Tok!Tok!Tok!, teh, ayo bangun, subuh!”. Dan karena adzan
telah berkumandang, tandanya pemilik kita ingin bertemu dan bercengkerama. Tak berapa
lama, rekan-rekan keluar dari kamar dengan wajah yang masih sembab karena
kantuk yang masih menggelayut. “Ayo kita ke masjid!”, seruku.
Selesai
shalat, rutinitas mahasiswa PKU angkatan ke-8 adalah kultum, kali ini giliran
teman sekamarku yang mendapat giliran untuk menyampaikan tausiyahnya untuk kita
semua, Mimi, ia menyampaikan materi tentang muhasabah diri, menarik. “Assalamu’alaikum
Warahmatullahi wabarakaatuh”, Mimi mengawali tausiyah dengan salam dan suara khasnya
yang agak serak-serak seksi (menurutku). Akhirnya setelah penantian selama dua
minggu tertunda, ia berhasil juga menyampaikan materi yang telah disiapkannya. Kasihan
dia, dua malam minggu berturut-turut selama dua pekan terakhir tidak tenang
tidur di kamar Dharmais, karena gundah memikirkan kultumnya, aku dapat merasakan
hal itu.
Suasana
lain di dalam masjid, semua memunculkan karakternya masing-masing. Ada yang
sibuk dengan gadget-nya, ada yang diam-diam memejamkan mata mencoba
untuk tidur lagi, ada yang hanya menjulurkan kakinya, tapi banyak juga yang
tetap semangat menyimak aksi rekan-rekan kita di depan, yang tidak kalah
menarik, ada ‘Pak Lurah’ kita yang selalu tak ketinggalan untuk mengabadikan
gambar momen-momen lucu yang terjadi di tengah-tengah kami.
Disadari
atau tidak, semua yang terjadi selama kurang lebih 10 pekan di PKU –hal yang
tidak pernah masuk daftar rencana peristiwa yang terpikirkan sebelumnya- adalah
suatu jalan yang manis dan sangat berharga, dapat bersua dengan rekan-rekan
dalam jalan dakwah merupakan hal yang sangat membahagiakan.Ini adalah sepotong
episode kehidupan terbaik yang pernah kulalui.
Teruntuk
kalian, salam hangat dari jiwa yang mencoba istiqomah.